Senin, 21 Oktober 2013

DIABETES MELLITUS (DM)

Oleh: Liana Sriulina
DIABETES MELLITUS


I.    TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A.    DEFINISI
 Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Rendy, 2012)
 Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh  kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner, 2002).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
         adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Black J.M., 2001).

B.     ETIOLOGI
a.        Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas. Kombinasi factor genetic, imunologi dan lingkungan (misalnya: infeksi virus) diperkirakan turut mendestruksi sel beta.
Factor Genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan  pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang  bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Factor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Factor lingkungan, factor eksternal yang dapat memicu dekstruksi sel B pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prosese autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel B pancreas.
b.      Diabetes Tipe II
Secara pasti penyebab DM tipe II belum diketahui secara pasti, namun factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu factor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II adalah: usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga.
C.    MANIFESTASI KLINIK
a.       Keluhan: banyak minum, banyak kencing, banyak makan dan terjadi penurunan berat badan lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, luka/bisul, keputihan.
b.      Kadar gula darah puasa lebih dari 120mg/dl
c.       Kadar gula darah dua jam setelah makan lebih dari 200mg/dl

D.    ANATOMI  FISIOLOGI
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira– kira 15 cm,
lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata– rata 60 – 90
gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan
yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis,
kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu:
1.      Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2.      Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1– 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 μ, sedangkan yang terbesar 300 μ, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 μ. Jumlah semua pulau langerhans di pancreas diperkirakan antara 1 – 2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a)       Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b)      Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
c)      Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/ 100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel– sel otot, fibroblas dan sel lemak.
(Tortora,G & Derrickson,B., 2006).

E.     PATOFISIOLOGIS
1.      Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a)      Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel– sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
b)      Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c)      Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien– pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.

F.     PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIK
Tujuan utama pengobatan diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik, serta tanpa terjadi hipoglikemi dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a.  Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.    Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
H.    KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes militus
a.       Akut
-          Hipoglikemi dan hiperglikemi
-          Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,penyakit pembuluh darah kapiler).
-          Penyakit mikrovaskuler: mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,nefropati.
-          Neuropati saraf sensori 9berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b.      Kronik
-          Neuropatik diabetic
-          Retinopatik diabetic
-          Nefropati diabetic,
-          Proteinuria
-          Kelainan koroner
-          Ulkus/gangrene

I.       PROGNOSIS
Gambaran penyakit sesuai dengan keluhan atau keadaan masing-masing, dimana bila gula darah tinggi akan menyebabkan berbagai komplikasi.

II.          TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.Keluhan Utama
Keluhan: banyak minum, banyak kencing, banyak makan dan terjadi penurunan berat badan lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, luka/bisul,
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang  apa keluhan pasien dan apa yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d.Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga    menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialam penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
                Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

    3.  Analisa Data
        Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
 analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan       data obyektif. Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat
 dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan
 kemungkinan.

B.. Diagnosa keperawatan

     Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
     kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Dianosa keperawatan yang muncul pada penderita Diabetes mellitus adalah:
1.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

3. Resiko tinggil terjadinya infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah.
4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang yang tidak dapat
    sembuh.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
           berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. PERENCANAAN
     Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

 DP 1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
            Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
            Kriteria Hasil :
            - Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
           - Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
   Intervensi :
   1.  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
         Rasional: mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
   2.  Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
        dapat dihabiskan pasien.
        Rasional: mengetahui kekurangan asupan nurtisi pasien
    3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan     
        makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
        Rasional: hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat  
                       menurunkan motilitas atau fungsi lambung.
   4, Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan  
        segera jika  pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral, dan tingkatkan ke makanan
        padat.
        Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi 
                   gastrointestinal baik.

    5,  Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit  
         lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing,
         sempoyongan.
         Rasional:  metabolisme karbohidrat terjadi sehingga gula darah turun, dan sementara
                      insulin tetap diberikan sehingga hipoglikemi dapat terjadi. Hipoglikemi dapat
                      terjadi tanpa perubahan kesadaran.
   6,  Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
       Rasional: gula darah tetap terpantau
  7,  Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
       Rasional: insulin memiliki awitan cepat sehingga dengan cepat memindahkan glukosa ke
       dalam sel.
  8,  Kolaborasi dengan ahli diet.
       Rasional: bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi  
       kebutuhan nutrisi pasien.

DP 2. . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
1, Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
    Rasional: hipovolemia dapat dimanifestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Berat
                    ringannya hipovolemia dapat dilihat ketika tekanan darah sistolik turun lebih dari  
                   10mmHg dari posisi berbaring ke duduk dan berdiri.
2, Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, atau pernafasan berbau keton.
   Rasional; paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
                   kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang
                   berbau aseton hasil pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis
                   terkoreksi.
3, Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya periode apnea
    dan sianosis.
    Rasional: koreksi hiperglikemi dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi
                    pernafasan mendekati normal. Tetapi pernafasan dangkal, cepat dan sianosis
                    merupakan indikasi dari kelelahan pernafasan atau kehilangan kemampuan untuk
                    melakikan kompensasi pada asidosis.
4, Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
   Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5, Pantau masukan dan pengeluaran
   Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan cairan dan keefektifan terapi yang diberikan.
6, Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
   ditoleransi jantung.
   Rasional: mempertahankan hidrasi sirkulasi.
7, Beri lingkungan yang nyaman, selimuti pasien dengan selimut tipis.
    Rasional: menghindari panas yang berlebihan yang dapat menyebabkan kehilangan cairan.
8, kaji adanya perbahan mental/sensori
    Rasional: perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang rendah atau tinggi,
                    elektrolit yang abnormal dan asidosis.
9, Catat hal-hal seperti mual, muntah, nyeri abdomen dan distensi lambung.
    Rasional: kekurangan cairan dan elektrolit akan mengubah motilitas lambung yang
                    seringkali menimbulkan muntah yang akan menimbulkan kekurangan cairan dan
                   elektrolit.
10, Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak   
       teratur.
      Rasional: pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan
                      kelebihan cairan.
11, Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
      pemeriksaan laboratorium.
      Rasional: tipe dan jumlah cairan tergantung derajat kekurangan cairan dan laboratorium
                      untuk respon pasien secara individu.

DP 3 Resiko tinggi terjadinya infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil: Pasien mampu  mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi
1, Obsevasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
    luka, sputum purulen, urine keruh.
   Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi keadaan ketoasidosis, atau dapat
                   mengalami infeksi nosokomial.
2, Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan baik petugas maupun pasien
    sendiri.
    Rasional: mencegah infeksi nosokomial.
3, Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, pemberian obat intravena.
   Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
                   pertumbuhan kuman.
4, Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik, ajarkan pasien wanita untuk
    membersihkan daerah perineal dari depan ke belakang setelah eliminasi.
   Rasional: mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih, pasien koma mungkin
                   memiliki resiko khusus jika terjadi retensi urine saat awal dirawat.
5, Berikan perawatan kulit yang teratur, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap
    kering, linen kering dan tetap kencang/tidak berkerut.
   Rasional: sirkulasi perifer bisa terganggu sehingga resiko terjadi kerusakan kulit/iritasi dan
                 infeksi.
6, Auskultasi bunyi nafas.
    Rasional: Ronki mengindikasikan adanya akumulasi sekret yang mungkin berhubungan
                   dengan pneumonia atau bronchitis. Bunyi krekels pada edema paru akibat
                   pemberian cairan yang cepat dan berlebihan.
7, Posisikan pasien semifowler. 
  Rasional: memberikan kemudahan paru untuk berkembang, menurunkan resiko aspirasi.
8, Lakukan perubahan posisi dan anjurkan pasien batuk efektif atau nafas dalam. Lakukan
    penghisapan lendir pada jalan nafas kalau perlu.
   Rasional: membantu dalam memventilisasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
                   Mencegah sekret tidak statis yang dapat menyebabkan infeksi.
9, Berikan tisu dan tempat sputum yang tertutup pada tempat yang mudah dijangkau untuk
    tempat penampungan sputum dan sekret lainnya.
    Rasional: mengurangi penyebaran infeksi
10, Bantu pasien untuk melakukan hygiene oral.
     Rasional: menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi.
11, anjurkan untuk makan dan minum adekuat, kira-kira 3000 ml/hari jika tidak ada
      Kontraindikasi.
    Rasional; menurunkan kemungkinan infeksi, meningkatkan aliran urine untuk mencegah
                  urine statis dan membantu keasaman urine yang menurunkan pertumbuhan bakteri.
11, Kolaborasi untuk lakukan pemeriksaan kultur dan ssensitifitas sesuai dengan indikasi
     Rasional: untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih / memberikan terapi
                    antibiotik yang terbaik.
 12, Berikan antibiotik yang sesuai
       Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.


DP 4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang yang tidak  
          dapat sembuh.
Tujuan: Pasien dapat mengakui perasaan putus asa
Kriteria hasil:- pasien mampu mengidentifikasi cara sehat untuk menghadapi
                         perasaannya.
                      - Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
                         secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan 
                        dirinya.

Intervensi:
1, Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di
    rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
    Rasional: mengidentifikasi area perhatian dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2, Akui normalitas dari perasaan.
    Rasional: pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu pasien untuk memecahkan
                  masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. DM merupakan pengikat
                  konstan terhadap munculnya penyakit serta ancaman terhadap
                  kesehatan/kehidupan pasien.
3, Kaji bagaimana pasien menangani masalahnya dimasa lalu.
    Rasional; pengetahuan gaya individu membantu menentukan kebutuhan terhadap
                   tujuan penanganan.
4, Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiaannya dan
    diskusikan cara mereka membantu pasien.
    Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk
                    memecahkan masalah yang mencegah terulangnya penyakit pasien.
5, Temukan tujuan atau harapan pasien dan keluarga.
    Rasional: harapan yang tidak realistis mengakibatkan perasaan frustasi/ kehilangan
                    kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
6, Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat 
     Rasional: tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan diabetik  
                    yang seringkali memindahkan focus hubungan. Perkembangan psikologis
                    mempengaruhi konsep diri yang mungkin menambah keadaan stress.
7, Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya, seperti
    ambulasi, waktu beraktivitas, dll.
    Rasional: mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih
                   pada saat perawatan dilakukan.
8, Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri
    dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukan.
    Rasional: meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

DP 5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan 
           pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan: Pasien memahami penyakit dan pengobatannya
Kriteria hasil: pasien dapat  mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala degnan proses penyakit dn menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Melakukan perubahan gaya hidup dan beraprtisipassi dalaam program pengobatan.

Tindakan / Intervensi
 1, Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan
     selalu ada untuk pasien.
    Rasional:  memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum pasien
                    bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
 2, Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
     Rasional: partisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama
                    dengan pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
3,  Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta dan cara untuk
     melakukan makan di luar rumah.
     Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
                      merencanakan makan atau mentaati program.
 4, Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan pasien untuk
      menghentikan merokok.
      Rasional: nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin di
                     perlambat selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.
5, Identifikasi gejala hipoglikemia seperti lemah, pusing, lapar, pucat, takikardi,
    keringat dingin, tremor, sakit kepala dan perubahan mental. Jelaskan penyebabnya.
   Rasional: dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal.
6,  Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
     Rasional: dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya
                     hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri





DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Buku ajar medical bedah. Edisi 8. Jakarta
Black J.M. (2001). Medical surgical nursing. 6th Ed.  USA: Saunders.
Rendy, M.C & Margareth (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Nuha Medika: yokjakarta
Tortora,G & Derrickson,B. (2006). Principles Of Anatomy and Physiology. USA:Willey.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar