Oleh:
Liana Sriulina
DIABETES MELLITUS
I. TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemik
kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Rendy, 2012)
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner, 2002).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang
kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein (Black J.M., 2001).
B. ETIOLOGI
a.
Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas.
Kombinasi factor genetic, imunologi dan lingkungan (misalnya: infeksi virus)
diperkirakan turut mendestruksi sel beta.
Factor Genetik, penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan
genetic ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
Factor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya
suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Factor lingkungan, factor
eksternal yang dapat memicu dekstruksi sel B pankreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prosese
autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel B pancreas.
b.
Diabetes Tipe II
Secara pasti
penyebab DM tipe II belum diketahui secara pasti, namun factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu factor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM
tipe II adalah: usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun), obesitas, riwayat keluarga.
C. MANIFESTASI KLINIK
a.
Keluhan: banyak minum, banyak kencing, banyak makan dan
terjadi penurunan berat badan lemah, kesemutan, gatal, visus menurun,
luka/bisul, keputihan.
b.
Kadar gula darah puasa lebih dari 120mg/dl
c.
Kadar gula darah dua jam setelah makan lebih dari
200mg/dl
D. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang
panjangnya kira– kira 15 cm,
lebar
5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata– rata 60 – 90
gram.
Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas
merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik
hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan
yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan
yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya
menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis,
kelenjar pankreas terbentuk dari epitel
yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu:
1.
Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2.
Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan
sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas
tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1– 3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 μ, sedangkan yang
terbesar 300 μ, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 μ. Jumlah semua pulau
langerhans di pancreas diperkirakan antara 1 – 2 juta. Pulau langerhans
manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a)
Sel – sel A (
alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang menjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b)
Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % ,
membuat insulin.
c)
Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %,
membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat
dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop
pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh
darah kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel
beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk
insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat
molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai
polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan
oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri
dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan
titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan
dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis
sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang
berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan
balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat
diatas 100 mg/ 100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa
normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah,
faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina
merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama
insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama sel– sel otot, fibroblas dan sel lemak.
(Tortora,G &
Derrickson,B., 2006).
E. PATOFISIOLOGIS
1.
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a)
Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel– sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
b)
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan
lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c)
Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien–
pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi
glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.
F. PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN MEDIK
Tujuan utama
pengobatan diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik, serta tanpa terjadi hipoglikemi dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima komponen
dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan
pendidikan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah
meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post
prandial > 200 mg/dl.
b. Pemeriksaan
Urine
Pemeriksaan
didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
H.
KOMPLIKASI
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes militus
a.
Akut
-
Hipoglikemi dan hiperglikemi
-
Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah
besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,penyakit pembuluh darah
kapiler).
-
Penyakit mikrovaskuler: mengenai pembuluh darah
kecil, retinopati,nefropati.
-
Neuropati saraf sensori 9berpengaruh pada
ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b.
Kronik
-
Neuropatik diabetic
-
Retinopatik diabetic
-
Nefropati diabetic,
-
Proteinuria
-
Kelainan koroner
-
Ulkus/gangrene
I.
PROGNOSIS
Gambaran
penyakit sesuai dengan keluhan atau keadaan masing-masing, dimana bila gula
darah tinggi akan menyebabkan berbagai komplikasi.
II.
TINJAUAN
TEORITIS KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.Keluhan Utama
Keluhan: banyak minum,
banyak kencing, banyak makan dan terjadi penurunan berat badan lemah,
kesemutan, gatal, visus menurun, luka/bisul,
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang apa keluhan pasien dan apa yang dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
d.Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e.
Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat
salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku,
perasaan dan emosi yang dialam penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara bicara, tinggi badan,berat badan dan tanda – tanda vital.
b.
Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut,
adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c.
Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d.
Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e.
Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f.
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
g.
Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h.
Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i.
Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3.
Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya
dikelompokan dan dilakukan
analisa
serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif. Data yang telah
dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan
tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat
dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan
kemungkinan.
B.. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap
proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Dianosa keperawatan yang
muncul pada penderita Diabetes mellitus adalah:
1.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake
makanan yang kurang.
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diuresis osmotik.
3. Resiko
tinggil terjadinya infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya
kadar
gula darah.
4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit
jangka panjang yang tidak dapat
sembuh.
5.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurangnya
informasi.
C. PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan,
maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk
mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan
ini disebut perencanaan keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
DP 1. Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: mengetahui pemasukan makanan yang
adekuat.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien
dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan pasien.
Rasional: mengetahui kekurangan asupan
nurtisi pasien
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Rasional:
hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas
atau fungsi lambung.
4, Berikan makanan cair yang mengandung zat
makanan (nutrien) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
oral, dan tingkatkan ke makanan
padat.
Rasional: pemberian makanan melalui oral
lebih baik jika pasien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik.
5, Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing,
sempoyongan.
Rasional: metabolisme karbohidrat terjadi sehingga gula
darah turun, dan sementara
insulin tetap diberikan
sehingga hipoglikemi dapat terjadi. Hipoglikemi dapat
terjadi tanpa perubahan
kesadaran.
6, Kolaborasi
melakukan pemeriksaan gula darah.
Rasional: gula darah tetap terpantau
7, Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
7, Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Rasional: insulin memiliki awitan cepat
sehingga dengan cepat memindahkan glukosa ke
dalam sel.
8, Kolaborasi dengan ahli diet.
8, Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional: bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
DP
2. . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1, Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1, Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Rasional: hipovolemia dapat
dimanifestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Berat
ringannya hipovolemia dapat
dilihat ketika tekanan darah sistolik turun lebih dari
10mmHg dari posisi berbaring
ke duduk dan berdiri.
2, Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, atau pernafasan berbau keton.
2, Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, atau pernafasan berbau keton.
Rasional; paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang
berbau aseton hasil pemecahan asam
aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis
terkoreksi.
3, Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya periode apnea
3, Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya periode apnea
dan sianosis.
Rasional: koreksi hiperglikemi dan asidosis
akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernafasan mendekati
normal. Tetapi pernafasan dangkal, cepat dan sianosis
merupakan indikasi dari
kelelahan pernafasan atau kehilangan kemampuan untuk
melakikan kompensasi pada
asidosis.
4, Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
4, Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional: merupakan indikator dari tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5, Pantau masukan dan pengeluaran
5, Pantau masukan dan pengeluaran
Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan
cairan dan keefektifan terapi yang diberikan.
6, Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
6, Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi
jantung.
Rasional: mempertahankan hidrasi sirkulasi.
7, Beri
lingkungan yang nyaman, selimuti pasien dengan selimut tipis.
Rasional: menghindari panas yang berlebihan
yang dapat menyebabkan kehilangan cairan.
8, kaji adanya
perbahan mental/sensori
Rasional: perubahan mental dapat
berhubungan dengan glukosa yang rendah atau tinggi,
elektrolit yang abnormal dan
asidosis.
9, Catat hal-hal seperti mual, muntah, nyeri abdomen dan distensi lambung.
9, Catat hal-hal seperti mual, muntah, nyeri abdomen dan distensi lambung.
Rasional: kekurangan cairan dan elektrolit
akan mengubah motilitas lambung yang
seringkali menimbulkan
muntah yang akan menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit.
10, Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak
10, Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak
teratur.
Rasional: pemberian cairan untuk
perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan
kelebihan cairan.
11, Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
11, Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium.
Rasional: tipe dan jumlah cairan
tergantung derajat kekurangan cairan dan laboratorium
untuk respon pasien secara individu.
DP
3 Resiko tinggi terjadinya infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah.
Tujuan: Infeksi
tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
Pasien mampu mengidentifikasi intervensi
untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi. Mendemonstrasikan teknik,
perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi
1, Obsevasi
tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka, sputum purulen, urine keruh.
Rasional: pasien mungkin masuk dengan
infeksi keadaan ketoasidosis, atau dapat
mengalami infeksi
nosokomial.
2, Tingkatkan
upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan baik petugas maupun pasien
sendiri.
Rasional: mencegah infeksi nosokomial.
3, Pertahankan
teknik aseptik pada prosedur invasif, pemberian obat intravena.
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4, Pasang
kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik, ajarkan pasien wanita untuk
membersihkan daerah perineal dari depan ke
belakang setelah eliminasi.
Rasional: mengurangi resiko terjadinya
infeksi saluran kemih, pasien koma mungkin
memiliki resiko khusus jika terjadi retensi
urine saat awal dirawat.
5, Berikan
perawatan kulit yang teratur, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit
tetap
kering, linen kering dan tetap
kencang/tidak berkerut.
Rasional: sirkulasi perifer bisa terganggu
sehingga resiko terjadi kerusakan kulit/iritasi dan
infeksi.
6, Auskultasi
bunyi nafas.
Rasional: Ronki mengindikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin berhubungan
dengan pneumonia atau
bronchitis. Bunyi krekels pada edema paru akibat
pemberian cairan yang cepat
dan berlebihan.
7, Posisikan
pasien semifowler.
Rasional: memberikan kemudahan paru untuk
berkembang, menurunkan resiko aspirasi.
8, Lakukan
perubahan posisi dan anjurkan pasien batuk efektif atau nafas dalam. Lakukan
penghisapan lendir pada jalan nafas kalau
perlu.
Rasional: membantu dalam memventilisasi
semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
Mencegah sekret tidak statis
yang dapat menyebabkan infeksi.
9, Berikan tisu
dan tempat sputum yang tertutup pada tempat yang mudah dijangkau untuk
tempat penampungan sputum dan sekret
lainnya.
Rasional: mengurangi penyebaran infeksi
10, Bantu pasien
untuk melakukan hygiene oral.
Rasional: menurunkan resiko terjadinya
penyakit mulut/gusi.
11, anjurkan
untuk makan dan minum adekuat, kira-kira 3000 ml/hari jika tidak ada
Kontraindikasi.
Rasional; menurunkan kemungkinan infeksi,
meningkatkan aliran urine untuk mencegah
urine statis dan membantu keasaman
urine yang menurunkan pertumbuhan bakteri.
11, Kolaborasi
untuk lakukan pemeriksaan kultur dan ssensitifitas sesuai dengan indikasi
Rasional: untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih / memberikan terapi
Rasional: untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih / memberikan terapi
antibiotik yang terbaik.
12, Berikan antibiotik yang sesuai
Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
12, Berikan antibiotik yang sesuai
Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
DP
4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang yang tidak
dapat sembuh.
Tujuan: Pasien dapat mengakui perasaan
putus asa
Kriteria hasil:- pasien mampu
mengidentifikasi cara sehat untuk menghadapi
perasaannya.
- Membantu dalam
merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan
dirinya.
Intervensi:
1, Anjurkan pasien/keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di
rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional: mengidentifikasi area perhatian
dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2, Akui normalitas dari perasaan.
Rasional: pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membantu pasien untuk memecahkan
masalah dan mencari bantuan
sesuai kebutuhan. DM merupakan pengikat
konstan terhadap munculnya
penyakit serta ancaman terhadap
kesehatan/kehidupan pasien.
3, Kaji bagaimana pasien menangani
masalahnya dimasa lalu.
Rasional; pengetahuan gaya individu membantu menentukan kebutuhan
terhadap
tujuan penanganan.
4, Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mengekspresikan perhatiaannya dan
diskusikan cara mereka membantu pasien.
Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
keluarga untuk
memecahkan masalah yang
mencegah terulangnya penyakit pasien.
5, Temukan tujuan atau harapan pasien
dan keluarga.
Rasional: harapan yang tidak realistis mengakibatkan perasaan frustasi/
kehilangan
kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
6, Tentukan apakah ada perubahan yang
berhubungan dengan orang terdekat
Rasional: tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan
diabetik
yang seringkali memindahkan
focus hubungan. Perkembangan psikologis
mempengaruhi konsep diri
yang mungkin menambah keadaan stress.
7, Anjurkan pasien untuk membuat
keputusan sehubungan dengan perawatannya, seperti
ambulasi, waktu beraktivitas, dll.
Rasional: mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian
dapat dilatih
pada saat perawatan
dilakukan.
8, Berikan dukungan pada pasien untuk
ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri
dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukan.
Rasional: meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
DP
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan:
Pasien memahami penyakit dan pengobatannya
Kriteria hasil: pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala degnan proses penyakit dn
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. Dengan benar melakukan prosedur
yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Melakukan perubahan gaya hidup
dan beraprtisipassi dalaam program pengobatan.
Tindakan / Intervensi
1, Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan
selalu ada untuk pasien.
Rasional: memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum pasien
Rasional: memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2, Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
Rasional: partisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama
2, Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
Rasional: partisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama
dengan pasien dengan
prinsip-prinsip yang di pelajari.
3, Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta dan cara untuk
3, Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta dan cara untuk
melakukan makan di luar rumah.
Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makan atau
mentaati program.
4, Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan pasien untuk
4, Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan pasien untuk
menghentikan merokok.
Rasional: nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin di
Rasional: nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin di
perlambat selama pembuluh
darah ini mengalami konstriksi.
5, Identifikasi gejala hipoglikemia
seperti lemah, pusing, lapar, pucat, takikardi,
keringat dingin, tremor, sakit kepala dan perubahan mental. Jelaskan
penyebabnya.
Rasional: dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal.
6, Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
Rasional: dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya
6, Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
Rasional: dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya
hidup dan meningkatkan
penerimaan atas diri sendiri
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& Suddarth (2002). Buku ajar medical bedah. Edisi 8. Jakarta
Black
J.M. (2001). Medical surgical nursing. 6th Ed. USA: Saunders.
Rendy,
M.C & Margareth (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika: yokjakarta
Tortora,G
& Derrickson,B. (2006). Principles Of
Anatomy and Physiology. USA:Willey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar