Rabu, 16 Oktober 2013

LP Fistula Ani


oleh: Liana Sriulina Br Sinulingga


 FISTULA ANI

A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS

1.      DEFENISI

Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil yang memanjang dari anus sampai bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses sampai anus atau daerah perianal.

Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain se­perti ke vagina).  Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar (http://www.medistra.com/index.php)

Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.






2.      ETIOLOGI

Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses pe­radangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula.

Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal.


3.      MANIFESTASI KLINIK

Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
·           Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
·           Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
·           Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
·           Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
·           Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
·           Demam, dan tanda tanda umum infeksi.

Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening.
4.      ANATOMI  FISIOLOGI

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, yang menjelaskan alasan anatomis meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi enema.
Bagian usus besar besar yang terakhir dinamakan rektum yang terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (muara ke bagian luar tubuh).  Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm).
Usus besar dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima.
Arteria mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri ( sepertiga distal kolon transversum,  ascendens dan sigmoid, dan sebagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar.
Usus besar mempunyai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna.
Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom,  sfingter eksterna berada di bawah kontrol voluntar. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi akan menghilang.
Rektum dan anus merupakan lokasi dari penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada manusia. Daerah anorektal sering merupakan tempat abses dan fistula. Kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna yang paling sering terjadi.

5.      PATOFISIOLOGI

Hipotesis yang paling jelas adalah kriptoglandular, yang menjelaskan bahwa fistula ani merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah terdrainase dan membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter internal dan mengalir menuju kripta pada linea dentata. Kelenjar dapat terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu, terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini juga dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras, atau proses inflamasi. Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal, maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik. Abses lama kelamaan akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula, dimana fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum, dan lobang lain di perineum di kulit perianal.
Klasifikasi fistula:
a.       Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
b.      Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna, kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe)
c.        Suprasphinteric fistula
Berawal dari ruangan diantara muskulus sfingter eksterna dan interna yang membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan muskulus levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus.
d.      Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s Disease.



6.      PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIK

Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian anal­getik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
Terapi pembedahan:
a.    Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.
b.    Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
c.    Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
d.    Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.
e.    Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari.
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, ter­utama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca ope­rasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

7.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

·           Fistulografi, yaitu memasukkan alat ke dalam lubang/fistel untuk mengetahui keadaan luka.
·           Pemeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk menentukan adanya penyakit di rektum seperti karsinoma atau proktitis tbc, amuba, atau morbus Crohn.
·           Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
·           Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
·           MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki rekurensi.
·           CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
·           Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
·           Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.


8.      KOMPLIKASI

Komplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda. Komplikasi yang dapat langsung terjadi antara lain:
·      Perdarahan
·      Impaksi fecal
·      Hemorrhoid
      Komplikasi yang tertunda antara lain adalah:
·      Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letak tinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja dapat merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak. Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidak rapat menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga meningkat seiring menua dan pada wanita.
·      Rekurens
 Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasi dari bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.
·      Stenosis kanalis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal. Penyembuhan luka yang lambat. Penyembuhan luka membutuhkan waktu kurang lebih 12 minggu, kecuali ada penyakit lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn).


9.      PROGNOSIS

Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah sumber infeksi dan fistula teridentifikasi. Fistula akan menetap bila tidak didrainase dengan benar. Dengan tindakan yang  tepat dan mengikuti anjuran ,  maka prognosis dari fistula ani baik. Komplikasi pun dapat terhindarkan.

Pada pasien yang telah menjalani fistulotomi standar, dilaporkan angka rekurensnya berkisar antara 0-18% dan angka inkontinensia antara 3-7%. Pasien yang menjalani penggunaan seton, angka rekurensnya 0-17% dan angka inkontinensia antara 0-17%. Sedangkan yang menjalani advancement flap, angka rekurensnya berkisar antara 1-10% dan angka inkontinensia antara 6-8%.


B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

1.                     Identitas pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien diisi mencakup nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan, Agama, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa, tgl masuk RS, alamat. Untuk penangung jawab dituliskan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
\
2.                     Riwayat Kesehatan
 Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien dirawat. Apakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasaan saat sakit kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau menggunakan fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah ada kebiasaan merokok, minum alkohol,  minum kopi atau minum obat-obatan.

3.                     Riwayat Penyakit
Penyakit apa yang pernah diderita oleh pasien, riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah di derita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat. Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain yang bersifat genetik maupun tidak.

4.                     Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya bisul pada daerah anus.
        
            b. Tanda-Tanda Vital
                Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan pernafasan meningkat.

            c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
   1) Kepala Dan Rambut
 Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.

               2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan penglihatan.

              3) Hidung
                  Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan   
                  cuping hidung, tidak ada sekret.
             
               4) Mulut
                   Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.

               5) Telinga
 Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bed rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.

               6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.

           d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax

Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah thorax.

             e.  Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.

              f. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan fistula ani yang baru di operasi terpasang kateter untuk buang air kecil.

              g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bedrest dalam waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.

              h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.

 i. Pemeriksaan Kulit
a. Inspeksi kulit

Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas.
    Yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu :
1)      Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan   
produksi pigmen.
       Lesi yang dibagi dua yaitu :
a) Lesi primer, yang terjadi karena adanya perubahan pada salah satu   komponen kulit
b) Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu warna, bentuk, lokasi dan kofigurasinya.

  2) Edema
Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna dari daerah edema.

3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan yang inadekuat.

4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah ada drainase atau infeksi.

5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
     Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis.
                  7) Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit.




5.    Data Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )
DO: ekspresi wajah tampak meringis saat tidur terlentang. Kulit tampak kemerahan dan ada luka operasi yang terpasang handscoen drain.
DS: pasien mengatakan ada bisul di daerah dubur dan terasa nyeri.

C.  ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

. Pre operasi:
1.    Nyeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada perianal.
2.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin
   terkontaminasi.
3.    Kecemasan berhubungan dengan physiologi faktor akibat proses peradangan.
4.    Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan  
  didapatnya.
         Post operasi:
1.    Nyeri area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi.
2.    Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare berhubungan efek anestesi, 
  pemasukan cairan yang tidak adekuat.
3.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan risiko prosedur invasive, luka yang
  mungkin terkontaminasi.

INTERVENSI
  1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada perianal
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil: klien menunjukkan toleransi terhadap nyeri, klien mengungkapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
·       Kaji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala 1 – 10.
Rasional: perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya perkembangan kearah komplikasi.
·       Perhatikan tanda-tanda nonverbal seperti; takut bergerak, kegelisahan.
Rasional: bahasa tubuh/perilaku nonverbal dapat digunakan sebagai data yang menunjukkan adanya rasa nyeri/tak nyaman.
·       Kaji faktor-faktor yang mengganggu atau meningkatkan nyeri.
Rasional: keadaan stress dapat meningkatkan rasa nyeri.
·       Berikan posisi yang nyaman (telungkup, miring), aktivitas pengalihan    perhatian
Rasional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
·       Bersihkan area rectal dengan sabun yang lembut dan air sesudah bab dan rawat kulit dengan salf, petroleum jelly.
Rasional: menjaga kulit sekitar rektal dari asam isi perut, menjaga exoriasi..
·Berikan rendaman duduk.
Rasional: menjaga kebersihan dan memberikan rasa nyaman.
·Observasi area perianal fistel.
Rasional: fistula mungkin berkembang dari erosi dan kelemahan dari dinding intestinal.
·Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
Rasional: Analgetik membantu mengurangi nyeri.

  1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin terkontaminasi.
Tujuan: infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas normal (peningkatan suhu tidak terjadi), leukosit normal
             Rencana tindakan:
·       Kaji area luka, catat adanya penambahan luas luka, karakteristik cairan yang  
     keluar dari luka.
    Rasional: adanya pus mengindikasikan adanya infeksi
·       Monitor tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh.
                 Rasional: peningkatan suhu mengindikasikan adanya proses infeksi.
·       Rawat luka dengan prinsip aseptik.
                 Rasional: luka pada klien adalah luka kotor, prinsip aseptik mencegah           terjadinya infeksi tambahan.
·       Berikan diet yang adekuat.
Rasional: klien membutuhkan nutrisi yang cukup untuk penyembuhan lukanya.
·       Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
                Rasional: antibiotik membantu menghambat terjadinya infeksi.

3.      Kecemasan berhubungan dengan faktor fisiologi akibat proses peradangan.
Tujuan:  kecemasan berkurang
Kriteria hasil:  ekspresi wajah klien tenang, mengungkapkan kesadarannya akan perasaan cemasnya.
            Intervensi
·       Bina hubungan saling percaya.
                 Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar dari komunikasi therapeutik.
·       Perhatikan  perubahan perilaku klien, kegelisahan, tak ada kontak mata,
    tampak kurang tidur.
                Rasional: indikator peningkatan stress/kecemasan.
·       Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, berikan feedback.
                Rasional: membina hubungan therapeutik.
·       Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
Rasional: dengan menunjukkan sikap empati, diharapkan akan membantu mengurangi  kecemasan klien.
·       Berikan informasi yang akurat.
Rasional: dengan memberikan informasi yang akurat akan membantu menurunkan tingkat kecemasan.
·       Ciptakan ketenangan dan lingkungan yang nyaman.
Rasional: membantu meningkatkan relaxasi, mengurangi kecemasan.
·       Kolaborasi untuk pemberian sedativa, seperti barbiturat, anti anxietas seperti,
    diazepam.
Rasional: sedativa/anti anxietas membantu mengurangi kecemasan dan membantu istirahat.

4.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan didapatnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria hasil: Klien mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan penanggulangannya. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan regimen.
            Intervensi
·       Kaji persepsi klien tentang proses penyakitnya.
Rasional: menentukan tingkat pengetahuan klien dan kebutuhan informasi yang diperlukan.
·       Ulangi penjelasan tentang proses penyakit, penyebab, tanda dan gejala   
    penyakit serta penanggulangannya.
Rasional: dengan memberikan penjelasan yang memadai  klien tahu proses penyakit dan tindakan yang akan didapatnya, sehingga klien dapat menerima tindakan yang didapatnya.
·       Tekankan pentingnya menjaga kebersihan kulit, seperti : tehnik cuci tangan   yang baik dan perawatan kulit perianal.
                Rasional: mengurangi penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit dan infeksi.

Post Operasi
  1. Nyeri pada area operasi berhubungan dengan adanya  eksisi luka operasi.
            Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
            Kriteria hasil: ekspresi wajah klien rileks, cukup istirahat, mengungkapkan nyeri   
            berkurang /dapat ditahan.
            Intervensi:
·       Kaji lokasi, intensitas nyeri dengan skala 0 – 10, faktor yang mempengaruhi.   
     Perhatikan tanda-tanda nonverbal.
                 Rasional: membantu menentukan intervensi selanjutnya.
·       Monitor tanda-tanda vital
Rasional: perubahan tanda-tanda vital, peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan bisa diakibatkan karena nyeri.
·       Kaji area luka operasi, adanya edema, hematoma atau inflamasi.
                 Rasional: pembengkakan, inflamasi dapat menyebabkan meningkatnya nyeri.
·       Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang, ajarkan  tehnik   
     relaksasi, pengalihan perhatian.
                 Rasional: membantu mengurangi dan mengontrol rasa nyeri.
·       Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.
                 Rasional: analgesik membantu mengurangi nyeri.

  1. Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare berhubungan dengan efek anestesi, pemasukan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan:  pola eliminasi kembali berfungsi normal.
            Intervensi:
·       Auskultasi bising usus.
                Rasional: adanya suara bising usus yang abnormal, merupakan tanda adanya  
                komplikasi.
·       Anjurkan makanan/minuman yang tidak mengiritasi.
                 Rasional: menurunkan resiko iritasi mukosa.
·       Kolaborasi medik untuk pemberian glyserin suppositoria.
                 Rasional: membantu melunakkan feses.

3.   Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive, luka yang mungkin terkontaminasi.
           Tujuan: tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi.
Intervensi:
·       Kaji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adanya inflamasi.
                 Rasional: penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan.
·       Monitor tanda-tanda vital, temperatur, respirasi, nadi.
                 Rasional: peningkatan temperatur, pernapasan, nadi merupakan indikasi
                 adanya proses infeksi.
·       Rawat area luka dengan prinsip aseptik. Jaga balutan kering.
                 Rasional: menjaga pasien dari infeksi silang selama penggantian balutan.
·       Kolaborasi untuk pemeriksaan cultur dari sekret/drainage, kedua dari tengah
     dan pinggir luka.
                 Rasional: dengan mengetahui adanya organisme akan menentukan pemberian
                 antibiotik.
·       Berikan antibiotik sesuai pesan medik.
                 Rasional: antibiotik mencegah dan melawan infeksi.
·       Bila perlu lakukan irigasi luka.
                 Rasional:  irigasi luka dengan antiseptik baik untuk melawan infeksi


DAFTAR  PUSTAKA


Doenges, M.E., Marry, F..M  and  Alice, C.G., 2000. Rencana  Asuhan  Keperawatan :  Pedoman  Untuk  Perencanaan  Dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien. Jakarta, Penerbit  Buku  Kedokteran  EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (ed.6). (vol.2). Jakarta: EGC
Sudoyo. A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 (ed.4). Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://healthyenthusiast.com/perianal-fistel.html




 

 





6 komentar:

  1. Kutil kelamin yaitu kutil yg berkembang kepada bidang kelamin yg disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV). Human papillomavirus (HPV) yaitu salah tunggal bengkak merambat seksual (IMS) yg paling tidak jarang. Virus ini mampu tersebar lewat kulit-ke-kulit kelamin. Ada beraneka tipe HPV. sekian banyak type mengakibatkan kutil kelamin, yg dinamakan virus HPV berisiko cela. Dan sekian banyak kategori mampu menempatkan kanker leher uterus, dubur, atau kanker bibir yg dinamakan virus HPV berisiko tinggi. tak ada penawar guna HPV, lagi pula ada vaksin yg sanggup memelihara guna sekian banyak kategori virus.

    Kutil kelamin merupakan pertumbuhan kulit di pokok paha, sarana kelamin, atau negara anal. Mereka sanggup berkembang pada beraneka takaran dan wujud. sekian banyak kelihatan seperti kurik putih datar, dan lain-lain yg bergelombang, seperti bunga kol. sepanjang masa kamu tak mampu menyaksikan kutil identik sekali.

    HPV yaitu virus. sekian banyak tipe virus menyiapkan kutil kelamin dan sekian banyak type menjadikan perselisihan sel serviks (leher uterus) yg kurang dan kanker serviks.

    HPV dan kutil kelamin mampu tersebar lewat pertalian sex atau kontak kulit-ke-kulit kelamin bersama satu orang yg mempunyai virus.

    biasanya insan yg terinfeksi HPV tak mempunyai simptom. lagi pula bila pengidap mempunyai simptom, pertanda kiranya amat ringan maka mereka kira-kira tak tahu mereka terinfeksi. pertanda bisa jadi termasuk juga rasa sakit, gatal, dan perdarahan, atau kamu sanggup menyaksikan adanya kutil kelamin.

    Bila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis Klinik apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.

    Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang

    Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini

    hubungi Dokter | Chatting gratis

    BalasHapus
  2. Anak saya sembuh dari fistula setahun yang lalu setelah rutin minum obat resep dr yusuf... ALHAMDULILLAH sembuh total dan tanpa oprasi.
    Ini memang bener apa ada nya dan demi allah anak saya Kelas 3 smp sudah sembuh dari fistula.
    Saran saya kalau mau sembuh tanpa oprasi yang mengerikan Coba brobat ke dr yusuf. Saya buat kesaksian Ini atas hati Narang saya bukan karna paisa an... Dan kemaren saya juga habis minta tolong Saran untuk kalau saya yang juga kena penyakit fistula juga dan di suruh oprasi Sama dokter dan biaya nya 20jt.
    Tapi kalau saya tidak mau, dan saya Saran kan juga untuk brobat ke dr yusuf, karna anak saya sembuh dari fistula dng dr yusuf.
    Kalau mau brobat juga dng dr yusuf Ini no nya 0853-6167-5232.

    BalasHapus
  3. JANGAN MAU BILA DI SARANKAN OPRASI FISTULA... KALAU PUN ANDA INGIN OPRASI COBALAH ANDA PIKIR PIKIR 1000X...
    SOALNYA TADI SAYA KETEMU ORANG YANG JUGA TRKENA FISTULA JUGA DI RUMAH SAKIT SAAT JENGUK FAMYLI SAKIT DI RUMAH SAKIT.
    DI CERITA KALAU DIA SANGAT MENYESAL OPRASI FISTULA, GARA GARA OPRASI INI DIA DI PECAT DARI PERUSAHAAN NYA DAN SEKARANG LUBANG PEMBUANGAN /ANUS DI PINDAHKAN KE PINGGANG. KATANYA AWALNYA HANYA LOBANG KECIL FISTULA NYA TAPI GARA GARA OPRASI JADI MAKIN PARAH DAN SAMPAI SALURAN PEMBUANGAN /ANUS DI PINDAHKAN KE PINGGANG... SAYA SANGAT SEDIH LIHAT NYA TADI... JADI BUAT YANG LAIN KALAU MAU OPRASI SEBAIKNYA PIKIR 1000X DULU DARI PADA NANTI MAKIN PARAH.
    INI SERIUS.
    LEBIH BAIK BROBAT SAJA KE MANA PUN DARI PADA HARUS OPRASI SARAN SAYA
    ( ini bukan hoax karna ini pengalaman pribadi dari beberapa penderita fistula yang gagal oprasi)

    BalasHapus
  4. JANGAN MAU BILA DI SARANKAN OPRASI FISTULA... KALAU PUN ANDA INGIN OPRASI COBALAH ANDA PIKIR PIKIR 1000X...
    SOALNYA TADI SAYA KETEMU ORANG YANG JUGA TRKENA FISTULA JUGA DI RUMAH SAKIT SAAT JENGUK FAMYLI SAKIT DI RUMAH SAKIT.
    DI CERITA KALAU DIA SANGAT MENYESAL OPRASI FISTULA, GARA GARA OPRASI INI DIA DI PECAT DARI PERUSAHAAN NYA DAN SEKARANG LUBANG PEMBUANGAN /ANUS DI PINDAHKAN KE PINGGANG. KATANYA AWALNYA HANYA LOBANG KECIL FISTULA NYA TAPI GARA GARA OPRASI JADI MAKIN PARAH DAN SAMPAI SALURAN PEMBUANGAN /ANUS DI PINDAHKAN KE PINGGANG... SAYA SANGAT SEDIH LIHAT NYA TADI... JADI BUAT YANG LAIN KALAU MAU OPRASI SEBAIKNYA PIKIR 1000X DULU DARI PADA NANTI MAKIN PARAH.
    INI SERIUS.
    LEBIH BAIK BROBAT SAJA KE MANA PUN DARI PADA HARUS OPRASI SARAN SAYA
    ( ini bukan hoax karna ini pengalaman pribadi dari beberapa penderita fistula yang gagal oprasi)

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah....selamat bagi yang sudah sembuh, dan harap br sabar bagi yang belum...

    Maaf sehubungan dengan kesibukan saya, bagi yang ingin konsultasi dan ingin br ikhtiar untuk mencari kesembuhan dengan saya melalui saran dan obat dari saya.
    Harap dengan menghubungi saya via washapp saja.
    Untuk via tlp jarang saya angkat karna kesibukan saya.
    Jadi harap melalui via washapp di nomor 0853-6167-5232, dengan mengirimkan format:
    Nama lengkap.
    Umur.
    alamat.
    Keluhan dan kronologi.

    Insyah allah bila ada waktu akan saya jawab.

    Bagi yang jauh dan ingin brobat juga bisa.
    Dengan obat racikan saya.
    Saran saya.
    Dan konsultasi rutin semasa brobat dengan saya via washapp/telp 085361675232 ( malam jam 20:00-22:00 ) saya pribadi dahulu tahun 2013 tr kena fistula ani, dan alhamdulillah bisa sembuh tanpa harus pembedahan.
    Dan saya pribadi 3 bulan baru sembuh paska mengidap fistula ani.
    Atas prahatian nya trimakasih

    ( MAAF BAGI YANG HANYA BR TUJUAN INGIN MENANYAKAN NAMA OBAT NYA APA / RESEP OBATNYA APA DAN ETIKAT TIDAK BAIK SAYA TIDAK MELAYAN, SAYA HANYA MELAYANI YANG INGIN BROBAT DAN INGIN SEMBUH )

    trimakasih
    ( Dr M yusuf )
    BMC aceh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf nomor kontak saya yang 0853-6167-5232 sudah non aktif. Karena hilangnya Hp saya.
      Sekarang saya pakai nomor 0813-4881-3797.
      Kalau mau berobat silahkan hubungi nomor baru saya.
      Trima kasih 🙏
      Saya Dr yusuf

      Hapus