Oleh : Liana Sriulina Br
Sinulingga
PNEUMONIA
A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS
1.
DEFENISI
Pneumonia adalah
suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi (Smeltzer & Bare, 2001).
umumnya disebabkan oleh agent infeksi (Smeltzer & Bare, 2001).
Pneumonia adalah
inflamasi parenkin paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan
cairan ( Doenges, 2000).
2.
ETIOLOGI
Pneumonia dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
3.
MANIFESTASI
KLINIK
·
Secara khas diawali dengan awitan menggigil,
demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
·
Nyeri
dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
·
Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan
pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung.
·
Nadi
cepat dan bersambung
·
Bibir dan kuku sianosis
·
Sesak
nafas
4. ANATOMI
FISIOLOGI
|
Pernafasan atau respirasi adalah suatu
proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida
ke lingkungan.
Respirasi dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah
dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke
sel-sel tubuh.
Dalam mengambil
nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara
pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam
badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke
paru-paru.
Normalnya
manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat
kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput
alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan
dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh
darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg dengan 19 ml oksigen.
Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa
dengan 12 ml oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih
sebanyak 200 ml di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 ml
karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paru-paru
dengan bantuan darah.
5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel
infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi
pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat
secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan
anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas
bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
6. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIK
Pengobatan
diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
·
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia
staphylococcus.
·
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia
virus
·
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin:
untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
·
Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi
menunjukkan tanda-tanda
·
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
·
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi
dengan kalori yang cukup
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Sinar X: mengidentifikasikan distribusi
struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatidakan abses)
·
Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk
dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
·
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus.
·
Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui
paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
·
Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
·
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara
yang diaspirasi
·
Bronkoscopi: untuk menetapkan diagnosis dan
mengangkat benda asing
8. KOMPLIKASI
·
Efusi pleura
·
Hipoksemia
·
Pneumonia kronik
·
Bronkaltasis
·
Atelektasis (pengembangan paru yang tidak
sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
·
Komplikasi
sistemik (meningitis)
9. PROGNOSIS
Sebelum
pemakaian antibiotik, angka kematian 33%, setelah pemakaian penicillin angka
kematian menurun menjadi 5%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah
usia tua, infeksi yang mengenai beberapa lobus terutama bila kedua paru
terserang, leukemia, bakteriemia dan renjatan septik, gagal pernafasan,
pengobatan yang terlambat dimulai, perluasan infeksi keluar paru, gagal jantung
dan uremia. Keadaan yang terakhir ini berhubungan dengan meningkatnya
mortalitas serta penyembuhan yang terlambat dan lebih sering menimbulkan
komplikasi.
B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.
Identitas pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien
diisi mencakup nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan, Agama, pendidikan,
pekerjaan,suku bangsa, tgl masuk RS, alamat. Untuk penangung jawab dituliskan
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan
pasien dirawat. Apakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh
yang mana yang sakit, kebiasaan saat sakit kemana minta pertolongan, apakah
diobati sendiri atau menggunakan fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah
ada kebiasaan merokok, minum alkohol,
minum kopi atau minum obat-obatan.
3.
Riwayat Penyakit
Penyakit apa yang
pernah diderita oleh pasien, riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah di derita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat. Adakah riwayat
penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit
lain yang bersifat genetik maupun tidak.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita
datang demam, sesak nafas dan batuk.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi,
suhu dan pernafasan meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran
dan perubahan warna rambut serta pemeriksaan adanya luka. Jika ada luka pada
daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
2) Mata
Meliputi
kesimetrisan, konjungtiva, sklera, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan
penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa
hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan
cuping hidung, tidak ada
sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya
sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda
asing, perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bed rest dengan posisi
miring maka kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi
trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena jugularis dan
kelenjar limfe.
d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk
thorax dan ekspansi paru, adanya sesak nafas,
pucat atau sianosis. Pada perkusi terdengar pekak datar area
konsolidasi, auskultasi irama
pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi
jantung tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah
thorax.
e. Abdomen
Bentuk perut datar
atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi, ada masa karena
konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika distensi abdomen atau tegang
f. Urogenital
Mengkaji adanya
keluhan pada saat buang air kecil.
g. Muskuloskeletal
Adanya kelemahan
pada tubuh akan menyebabkan klien bedrest dalam waktu lama, sehingga terjadi
penurunan kekuatan otot.
h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran
dikaji dengan sistem GCS.
i. Pemeriksaan Kulit
Kulit kering dan turgor buruk
5.
Data Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )
DO: pasien tampak sesak nafas, batuk dan suhu tubuh meningkat
DS: keluarga mengatakan pasien demam, batuk dan sesak nafas.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun),
penyakit kronis,
malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan,
penurunan masukan oral.
INTERVENSI
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
- Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
- Bunyi nafas tidak normal
- Dispnea, sianosis
- Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
- Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
- Bunyi nafas tidak normal
- Dispnea, sianosis
- Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan:
bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria hasil: batuk efektif, nafas normal, bunyi nafas bersih, tidak ada sianosis.
Intervensi:
Kriteria hasil: batuk efektif, nafas normal, bunyi nafas bersih, tidak ada sianosis.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : tidakipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering
Rasional : tidakipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena
ketidaknyamanan.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran udara
dan bunyi nafas.
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
c. Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
d. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
e. Berikan cairan secukupnya.
Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai
indikasi: mukolitik.
Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan
ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan: dispnea, sianosis, takikardia,
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan: dispnea, sianosis, takikardia,
gelisah/perubahan
mental, hipoksia.
Tujuan:
tidak terjadi gagngguan pertukaran gas.
Kriteria
hasil: pasien tidak sianosis, pernafasan normal, tidak sesak, tidak
terjadi
hipoksia dan
pasien tidak gelisah.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat
adanya sianosis perifer
(kuku) atau
sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil
namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.
d. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk
efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran
sekret untuk memperbaiki
ventilasi tidak efektif.
e. Kolaborasi dan berikan terapi oksigen dengan benar misal
dengan nasal plong
master, master
venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran)
berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: waktu perbaikan
infeksi/kesembuhan cepat dan penularan penyakit
tidak ada
Intervensi:
Intervensi:
a. Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal
terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
b. Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
d. Kaji keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas
sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi
adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan
alamiah
e. Kolaborasi dan berikan antimikrobial sesuai indikasi
dengan hasil kultur
sputum/darah misal
penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin,
amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan: pasien toleransi dalam beraktivitas
Kriteria hasil: selama beraktivitas pasien
tidak ada sesak nafas, irama jantung
normal,
dan tidak sianosis.
Intervensi:
a. Evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
aktivitas.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat.
c. Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya
keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
Rasional:
mengurangi sesak nafas
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau
tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
5.
Nyeri berhubungan
dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap ditandai dengan: nyeri dada, sakit kepala, gelisah.
Tujuan: pasien toleransi terhadap nyeri
Criteria hasil: pasien mengatakan tidak ada nyeri dada,
sakit kepala dan gelisah
Intervensi:
Intervensi:
a. Tentukan karakteristik
nyeri, seperti tertusuk, tertimpa benda berat, hilang
timbul atau
terus menerus.
Rasional: nyeri dada biasanya terjadi pada pneumonia yang parah, dan dapat
Rasional: nyeri dada biasanya terjadi pada pneumonia yang parah, dan dapat
juga timbul
perikarditis dan endokarditis.
b. Pantau tanda
vital
Rasional: Perubahan tanda vital menunjukkan pasien sedang mengalami
Rasional: Perubahan tanda vital menunjukkan pasien sedang mengalami
nyeri.
c. Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan
posisi, musik tenang /
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek derajat analgesik.
d. Aturkan dan bantu
pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
e. Kolaborasi dan berikan analgesik dan antitusik sesuai
indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan meningkat kenyamanan istirahat.
6.
Resiko tinggi terhadap
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi.
Tujuan: kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi:
- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi:
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah,
misalnya: sputum,
banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Jadwalkan latihan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan
Rasional: menurun efek mual yang berhubungan dengan penyakit ini
Rasional: menurun efek mual yang berhubungan dengan penyakit ini
c. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk snack dan makanan
yang
menarik oleh
pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk
kembali.
d. Evaluasi status
nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan fisik dapat menimbulkan
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan fisik dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap
terapi.
7.
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan
cairan berlebihan yang ditandai dengan adanya demam, berkeringat banyak,
nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan ;Kekurangan
volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil:
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan
parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi:
Intervensi:
a. Kaji perubahan tanda vital: peningkatan suhu yang lama, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju
metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir,
lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane
mukosa mulut mungkin
kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
c. Catat adanya
keluhan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
d. Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine.
Hitung
keseimbangan
cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
keseluruhan penggantian.
e. Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi
individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
f. Kolaborasi dan berikan obat indikasi misalnya antipiretik,
antiemetik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
g. Kolaborasi dan berikan cairan tambahan IV sesuai
keperluan
Rasional: memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Rasional: memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price, S. A, &
Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. (ed.6). (vol.2). Jakarta: EGC
Sudoyo. ARTERIW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.
(2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 (ed.4). Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar